Indexia

Learning to appreciate a process for a change
Powered by Blogger.

Perluasan Perang Dingin Keluar Eropa

No comments
Perang Dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947-1991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang yaitu: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, walaupun yang akhirnya tidak terjadi.

Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut. Setelah AS dan Uni Soviet bersekutu dan berhasil menghancurkan Jerman Nazi pada perang dunia II, kedua belah pihak berbeda pendapat tentang bagaimana cara yang tepat untuk membangun Eropa pascaperang. Selama beberapa dekade selanjutnya, persaingan di antara keduanya menyebar ke luar Eropa dan merambah ke seluruh dunia.

A.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam Makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
             1.          Apa pengertian dari perang dingin?
             2.          Bagaimana perluasan perang dingin keluar Eropa?
             3.          Bagaimana pengaruh perang dingin terhadap Indonesia?

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Perang Dingin
Perang Dingin (bahasa Inggris: Cold War, 1947–1991) adalah sebutan bagi suatu periode terjadinya ketegangan politik dan militer antara Dunia Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya, dengan Dunia Komunis, yang dipimpin oleh Uni Soviet beserta sekutu negara-negara satelitnya. Peristiwa ini dimulai setelah keberhasilan Sekutu dalam mengalahkan Jerman Nazi di Perang Dunia II, yang kemudian menyisakan Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai dua negara adidaya di dunia dengan perbedaan ideologi, ekonomi, dan militer yang besar. Uni Soviet, bersama dengan negara-negara di Eropa Timur yang didudukinya, membentuk Blok Timur.
Proses pemulihan pasca-perang di Eropa Barat difasilitasi oleh program Rencana Marshall Amerika Serikat, dan untuk menandinginya, Uni Soviet kemudian juga membentuk COMECON bersama sekutu Timurnya. Amerika Serikat membentuk aliansi militer NATO pada tahun 1949, sedangkan Uni Soviet juga membentuk Pakta Warsawa pada tahun 1955. Beberapa negara memilih untuk memihak salah satu dari dua negara adidaya ini, sedangkan yang lainnya memilih untuk tetap netral dengan mendirikan Gerakan Non-Blok. Peristiwa ini dinamakan Perang Dingin karena kedua belah pihak tidak pernah terlibat dalam aksi militer secara langsung, namun masing-masing pihak memiliki senjata nuklir yang dapat menyebabkan kehancuran besar.
Perang Dingin juga mengakibatkan ketegangan tinggi yang pada akhirnya memicu konflik militer regional seperti Blokade Berlin (1948–1949), Perang Korea (1950–1953), Krisis Suez (1956), Krisis Berlin 1961, Krisis Rudal Kuba (1962), Perang Vietnam (1959–1975), Perang Yom Kippur (1973), Perang Afganistan (1979–1989), dan penembakan Korean Air Penerbangan 007 oleh Soviet (1983). Alih-alih terlibat dalam konflik secara langsung, kedua belah pihak berkompetisi melalui koalisi militer, penyebaran ideologi dan pengaruh, memberikan bantuan kepada negara klien, spionase, kampanye propaganda secara besar-besaran, perlombaan nuklir, menarik negara-negara netral, bersaing di ajang olahraga internasional, dan kompetisi teknologi seperti Perlombaan Angkasa.
AS dan Uni Soviet juga bersaing dalam berbagai perang proksi; di Amerika Latin dan Asia Tenggara, Uni Soviet membantu revolusi komunis yang ditentang oleh beberapa negara-negara Barat, Amerika Serikat berusaha untuk mencegahnya melalui pengiriman tentara dan peperangan. Dalam rangka meminimalkan risiko perang nuklir, kedua belah pihak sepakat melakukan pendekatan détente pada tahun 1970-an untuk meredakan ketegangan politik. Pada tahun 1980-an, Amerika Serikat kembali meningkatkan tekanan diplomatik, militer, dan ekonomi terhadap Uni Soviet di saat negara komunis itu sedang menderita stagnasi perekonomian.
Pada pertengahan 1980-an, Presiden Soviet yang baru, Mikhail Gorbachev, memperkenalkan kebijakan reformasi liberalisasi perestroika ("rekonstruksi, reorganisasi", 1987) dan glasnost ("keterbukaan", 1985). Kebijakan ini menyebabkan Soviet dan negara-negara satelitnya dilanda oleh gelombang revolusi damai yang berakhir dengan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, dan pada akhirnya menyisakan Amerika Serikat sebagai satu-satunya kekuatan militer yang dominan di dunia. Perang Dingin dan berbagai peristiwa yang menyertainya telah menimbulkan dampak besar terhadap dunia dan sering disebutkan dalam budaya populer, khususnya dalam media yang menampilkan tema spionase dan ancaman perang nuklir.

B.     Perluasan Perang Dingin Keluar Eropa
             1.          Pemerintah Komunis Cina
Kemenangan komunis di Cina yang menyebabkan lahirnya negara komunis Cina dengan nama Republik Rakyat Cina (RRC) membuat terkejut Amerika Serikat. Hal itu disebabkan Amerika Serikat baru menyadari bahwa pengaruh sosialis komunis ternyata telah meluas di wilayah Asia. Ketika Perang Dunia II berakhir, kaum komunis telah menguasai wilayah Cina bagian Utara. Usaha untuk mengakhiri pertikaian di Cina setelah Perang Dunia II juga telah dilakukan. Amerika Serikat sebagai salah satu negara adidaya berusaha menghentikan perang saudara di Cina dengan mengirim Jenderal George C. Marshall ke Cina pada tahun 1946. Namun, usaha itu mengalami kegagalan.
Keunggulan pasukan dan taktik yang jitu dari kaum komunis dan keberhasilan revolusi sosial berhasil mengalahkan kaum nasionalis. Pasukan Mao Zedong setelah berhasil merebut Tientsin dan Beijing pada Januari 1949 berhasil memukul mundur pasukan kaum nasionalis ke wilayah selatan. Pada tanggal 1 Oktober 1949 Mao Zedong memproklamasikan berdirinya Republik Rakyat Cina dengan ibu kotanya di Beijing. Sementara itu, Chiang Kai-shek dan para pengikutnya menyingkir ke Pulau Taiwan. Pemerintahan baru Cina ini mendapat dukungan militer dan ekonomi dari Uni Soviet.
Kehadiran Cina dengan paham komunisnya tentu saja menjadi pesaing baru bagi Blok Barat. Kemampuan Cina membangun angkatan bersenjata dengan personal yang besar, kemampuan tenaga ahlinya yang mampu membuat bom atom, dan keberhasilannya dalam menata kepemilikan tanah (Land Reform) menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Blok Barat. Suasana Perang Dingin di wilayah Asia makin mencekam setelah komunis Cina berusaha meluaskan ajaran Mao Zedong kepada negara-negara berkembang lainnya. Cina juga mulai melancarkan kebijakan ekspansi wilayah. Tibet adalah wilayah yang pertama terkena kebijakan ekspansi Cina (1950).
Kekuatan Cina juga makin mengkhawatirkan Uni Soviet dan Amerika Serikat karena peranannya dalam Perang Korea (1950 – 1953) dan klaimnya atas wilayah Taiwan. Hubungan harmonis Cina dan Uni Soviet berakhir pada tahun 1960-an. Hal itu disebabkan Cina sangat mengecam kebijakan Uni Soviet untuk hidup berdampingan secara damai dengan Blok Barat. Cina beranggapan bahwa konfrontasi dengan Barat yang menganut demokrasi liberal adalah hal yang harus terjadi. Cina bahkan menuduh Uni Soviet telah mengkhianati komunisme. Oleh karena kejadian tersebut, sejak tahun 1960 Uni Soviet menghentikan pengiriman para ahlinya ke Cina.
Bahkan, Uni Soviet juga menolak membantu Cina ketika terjadi perang di perbatasan dengan India pada tahun 1962. Cina makin memusuhi Uni Soviet setelah negara itu menandatangani perjanjian kerja sama uji coba persenjataan nuklir pada tahun 1963. Pada tahun 1966 Mao Zedong berusaha mengembalikan Cina ke jalur revolusioner karena ia melihat adanya pergeseran dalam pola hidup masyarakat Cina. Untuk memenuhi ambisinya itu, Mao Zedong melaksanakan Revolusi Kebudayaan. Namun, usaha ini pun mengalami kegagalan. Oleh karena itu, Mao Zedong menggunakan kekuatan militer untuk membenahi keadaan.
Sepeninggal Mao Zedong, bangsa Cina banyak mengalami perubahan. Kaum moderat yang mendominasi Partai Komunis berusaha mengurangi kekaguman dan pengultusan terhadap pemimpin besar Mao Zedong. Pemerintah Cina juga menjalin hubungan dengan berbagai negara. Mereka juga berusaha memodernisasi Cina dengan menerima bantuan dari luar negeri. Pada tahun 1970-an beberapa negara Barat, seperti Kanada menjalin hubungan diplomatik dengan RRC. Pada tahun 1971 Amerika Serikat dan sekutunya menerima RRC sebagai anggota PBB menggantikan Taiwan. Pada tanggal 1 Januari 1979, Cina di bawah pimpinan Deng Xiaoping membuka hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat.
             2.          Perang Korea
Ketika Jepang menyerah dalam Perang Dunia II, pasukan Sekutu yang terdiri atas Amerika Serikat dan Uni Soviet segera menduduki Korea. Dengan alasan memusnahkan sisa-sisa kekuatan Jepang yang berada di Utara, Uni Soviet mulai melancarkan serangan dan menduduki wilayah itu pada tanggal 12 Agustus 1945. Sementara itu, pasukan Amerika Serikat baru mendarat di Korea bagian selatan pada bulan September 1945. Dengan demikian, mulai saat itu wilayah Korea diduduki dua negara adidaya, Amerika Serikat di selatan dan Uni Soviet di utara. Garis lintang 38° menjadi batas wilayah yang mereka duduki.
Di Korea bagian selatan, Amerika Serikat membentuk pemerintahan Republik Korea (Selatan) pada tanggal 15 Agustus 1948. Pusat pemerintahannya ditempatkan di Seoul. Presiden Republik Korea (Selatan) yang pertama adalah Dr. Sygman Rhee. Sementara itu, Uni Soviet ternyata berbuat sama terhadap wilayah yang didudukinya di utara. Uni Soviet membentuk Republik Demokratik Rakyat Korea (Korea Utara) pada tanggal 1 Mei 1948. Uni Soviet mengangkat Kim Il Sung sebagai presidennya. Uni Soviet baru meninggalkan Korea Utara setelah menandatangani perjanjian tentang pemberian bantuan ekonomi, militer, dan teknologi pada negara satelitnya itu. Korea Utara juga menjalin hubungan diplomatik dengan Cina. Dengan demikian, makin kukuh kekuatan komunis di Asia.
Sekitar tahun 1949 terjadi ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Dengan alasan untuk menyatukan kembali Korea, pada tanggal 25 Juli 1950 tentara Korea Utara melintasi garis demarkasi dan menyerbu Korea Selatan. Gencatan senjata antara Korea Utara dan Korea Selatan terjadi setelah Uni Soviet turut campur tangan. Kesepakatan perdamaian tercapai pada tanggal 27 Juli 1953. Pada hari itu, ditandatangani Persetujuan P’an Munjom yang menegaskan adanya dua Korea seperti yang kita kenal sekarang.
             3.          Revolusi Kuba
Wilayah Kuba dekat dengan Florida (Amerika Serikat). Kekayaan alam Kuba yang melimpah, seperti gula, tembakau, tekstil, baja, dan nikel menjadi alasan utama Spanyol untuk menjajah Kuba. Pada tahun 1898 Kuba berhasil dibebaskan dari Spanyol oleh Amerika Serikat. Bantuan ekonomi pun diberikan oleh Amerika Serikat untuk menyelamatkan perekonomian Kuba. Secara perlahan bantuan ekonomi Amerika Serikat itu berubah menjadi penguasaan ekonomi. Pada tahun 1952 Fulgencia Batista menjadi Presiden Kuba yang didukung oleh Amerika Serikat. Batista pun berusaha melindungi aset-aset Amerika Serikat karena tidak mau kehilangan dukungannya.
Batista memerintah secara diktator terhadap Kuba. Secara kebetulan perekonomian Kuba pun makin memburuk selama masa pemerintahan Batista. Melihat tidak ada niat melakukan perubahan dari Batista maka rakyat Kuba melakukan revolusi yang dipimpin oleh Fidel Castro seorang militer. Fidel Castro pernah dipenjara oleh Batista pada tahun 1953 karena mengkritik pemerintahannya. Selama di penjara, Castro berhasil membangun jaringan gerilya dengan para petani dan melakukan sabotase terhadap kepentingan pemerintah. Tujuan yang ingin dicapai Fidel Castro berhasil membuat Batista kewalahan. Kekuatan Castro pun makin besar.
Batista dapat dikalahkan sehingga terbentuk pemerintahan baru dengan Castro sebagai pimpinannya. Amerika Serikat yang kehilangan kontrol akibat tergulingnya Batista mulai bersikap dingin. Castro pun berusaha memperbaiki hubungan kedua negara yang sempat merenggang itu. Namun, Amerika tidak memberikan perhatian yang positif. Sadar akan hal tersebut, Castro pun mulai berpaling menjalin hubungan dengan Uni Soviet. Hubungan kedua negara itu pun berlangsung sangat hangat dan saling menguntungkan.
Anehnya, Amerika Serikat menjadi marah atas hubungan Kuba dengan Uni Soviet. Presiden Eisenhower pun memerintahkan menghentikan impor gula negaranya dari Kuba. Selain itu, dengan mengandalkan CIA, Eisenhower pun berusaha menggulingkan pemerintahan Fidel Castro. Eisenhower juga memerintahkan untuk memutuskan hubungan diplomatik Amerika Serikat dengan Kuba. John F. Kennedy yang menggantikan Eisenhower menjadi Presiden Amerika Serikat sebenarnya ragu-ragu untuk meneruskan politik pendahulunya. Namun, atas desakan para penasihatnya bahwa Kuba sangat berbahaya maka ia pun menyetujui melakukan penyerangan terhadap Kuba.
Namun, untuk mengelabui dunia internasional digunakan orang-orang Kuba anti-Castro di Amerika untuk menyerang Kuba. Mereka pun dididik militer Amerika Serikat sebelum menyerang Kuba. Setelah semuanya dirasa siap maka pada tanggal 17 April 1963 dilakukan penyerbuan ke Teluk Babi, Kuba. Peristiwa itu pun disebut Insiden Teluk Babi. Namun, invasi Amerika Serikat itu gagal. Castro yang mengetahui dalang dari penyerbuan tersebut akhirnya memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Amerika Serikat dan mempererat hubungan dengan Uni Soviet.
             4.          Perang Vietnam
         Vietnam merupakan salah satu negara di semenanjung indo-china yang bedara di wilayah asia tenggara, perang vietnam yang berlangsung 20 tahun (1955-1975) merupakan bentuk nyata dari perbenturan ideologi demokarasi liberal dan komunis pada masa perang dingin, akibat adanya perang vietnam, vietnam pecah menjadi dua bagian yaitu Vietnam Utara yang berhaluan komunis dan vietnam selatan yang berhaluan demokrasi liberal, perpecahan tersebut berawal dari perseteruan antara the vietnam independence league (viet Mint) dan pasukan perancis yang ingin kembali berkuasa di kawasan indo-china khususnya Vietnam.
Melalui sebuah konferensi internasional uang berlangsung di jenewa pada tahun 1954, di berlakukan gencatan senjata, di tetapkan garis demarkasi antara vietnam utara dan vietnam selatan di titik garis 17 derajat sebagai zona demilliterisasi, kesepakatan jenewa tahun 1954 ini menghasilkan sebuah badan yang bernama International Control Committe yang di bentuk untuk melaksanakan proses pemilihan umum yang demokratis untuk menyatukan dua Vietnam, Vietnam Selatan menolak proses itu dan amerika mendukung, sedangkan Vietnam Utara lebih memilih unutk menyatukan dua Vietnam melalui kekuatan militer dari pada melalui proses politikm hal tersebutlah yang menjadi awal pecahnya perang Vietnam yang berlangsung 20 tahun.
Perang Vietnam pada tahun 1970 meluas hingga Laos dan Kamboja, pada tahun 1970 mulai digagas proses perdamaian, namun gagal. Perundingan perdamaian mulau di gagas lagi pada tanggal 27 januari 1975 antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan dan Amerika Serikat, hasilnya disepakati adanya gencatan senjata di seluruh daerah konflik di Vietnam, kesepakatan perdamaian itu di tanda tangani pada tanggal 31 januari 1973 dan dikenal dengan nama The Paris Accords.
Kondisi damai di vietnam tidak berjalan lama dan mulai melanggar kesepakatan-kesepakatan damain yang di hasilkan dalam The Paris Accords, tentara Viet Cong mulai menganejsasi beberapa daerah di vietnam selatan, pada tanggal  21 April 1975 presiden Nguyen Van Thieu mengundurkan diri dan terbang ke taiwan, pada tanggal 30 april 1975, saigon di kuasai seluruhnya oleh vietnam utara dan tank-tank vietnam utara memasuki kota saigon sebagai tanda kemenangan, pada tanggal 2 juli 1976 pemerintahan militer di bentuk dan vietnam diproklamasikan sebagai Republik Sosialis Vietnam dengan ibu kota Di hanoi, nama kota saigon di ubah menjadi Ho Chi Minh.

C.   Pengaruh Perang Dingin Terhadap Indonesia
Pada masa Perang Dingin keadaan Politik Ekonomi Indonesia belum stabil karena baru merdeka dan masih terdapat banyak konflik. Walaupun keadaan Indonesia yang belum stabil, Indonesia telah melakukan kerja sama dan hubungan-hubungan dengan negara-negara lain.
             1.          Arah Kebijakan Luar Negeri Indonesia di Masa Perang Dingin
Pada tahun 1960-an ketika Indonesia menerapkan sistem demokrasi terpimpin pemerintah mengarahkan pandangan politiknya ke negara-negara Blok Timur yang berhaluan komunis. Hal ini disebabkan pengaruh kekuatan PKI yang saat itu mendominasi politik Indonesia. Selain itu juga disebabkan negara-negara Barat terkesan enggan memberikan bantuan ekonomi dan persenjataan dalam rangka perbaikan ekonomi dan perjuangan membebaskan Irian Barat. Puncak kedekatan Indonesia dengan Blok Timur adalah pendirian Poros Jakarta-Hanoi-Pyong Yang-Phnom Penh, menjadikan Indonesia dicap negara berhaluan komunis oleh masyarakat Internasional. Kebijakan luar negeri pada waktu itu cenderung pada konfrontasi negara-negara Barat yang dianggap sebagai simbol kolonialisme dan imperialisme.
Peristiwa pemberontakan G30S/PKI yang diduga didalangi PKI tahun 1965 menjadi titik balik perubahan arah politik Indonesia. Peristiwa G30S / PKI ini diikuti oleh pergeseran kekuasaan Orde Lama ke Orde Baru, dari Soekarno ke Soeharto. Perubahan tampuk kekuasaan ini juga merubah halauan kebijakan luar negeri Indonesia. Komunis dinyatakan sebagai ajaran terlarang di Indonesia sehingga semua hubungan dengan negara-negara komunis diputuskan.
             2.          Peran Lembaga Keuangan Internasional dalam Kebijakan Ekonomi Indonesia di Masa Orde Baru.
Dibawah pemerintahan Orde Baru, setahap demi setahap bisa keluar dari keterpurukan ekonomi melalui bantuan dana negara-negara Barat. Bantuan yang didapat digunakan untuk memperbaiki ekonomi dan melakukan pembangunan dalam bentuk Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun). Negara-negara pemberi bantuan dana itu tergabung dalam sebuah konsorium yang dinamakan IGGI (Inter-Goverment Group on Indonesia) yang beranggotakan Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, Jepang, Inggris, dan sejumlah negara Eropa Barat.
Selain negara-negara tersebut, Indonesia juga mendapatkan pinjaman dana dari Bank Internasional untuk Rekontruksi dan Pembangunan (IBRD/International Bank for Recontruction and Development) atau Bank Dunia (World Bank). Bank dunia merupakan lembaga keuangan yang mengurusi masalah-masalah yang bersifat struktural. Bank Dunia memberikan bantuan dana kepada negara-negara yang membutuhkan melalui program penyesuaian struktural (SAP/Structural Adjustment Program). Bank dunia juga berperan melakukan perombakan terhadap sektor yang dipandang penting seperti sektor industri dan perdagangan serta menyempurnakan kebijakan-kebijakan yang terkait sektor tersebut. Tujuannnya adalah untuk meliberalisas sektor-sektor tersebut dengan menyingkirkan hambatan-hambatan yang merintangi produktivitas perekonomian.
Disisi lain, untuk membenahi sektor moneter yang mengalami kekacauan pemerintah Indonesia meminta bantuan dari IMF (International Monetary  Fund). Pemerintah perlu meredam laju inflasi yang meningkat tajam de tahun 1965. IMF mempunyai tugas melakukan intervensi (campur tangan) untuk mendapatkan kembali keseimbangan neraca perdagangan. Keseimbangan neraca perdagangan dipengaruhi oleh kebijakan moneter bank sentral dan menteri keuangan. IMF memberikan saran-saran yang harus dilakukan pemerintah Indonesia untuk menyehatkan perekonomiannya. 
             3.          Perkembangan Modal Asing
Perekonomian Indonesia mulai membaik menuju ke arah stabil. Apalagi ketika perekonomian pada tahun 1970-an terjadi “krisis minyak dunia” menguntungkan Indonesia karena karena harga minyak dunia melambung tinggi. Hal ini memberikan keuntungan devisa yang berlipat ganda bagi pemerintah Indonesia. Perekonomian Indonesia mulai pulih dan beranjak stabil. Dengan cadangan devisa yang begitu besar, pemerintah berusaha mengejar ketertinggalan Indonesia di bidang industri. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk membangun industri besar-besaran, mengingat selama ini Indonesia hanya berfokus pada bidang pertanian, sedangkan industri belum digarap sungguh-sungguh karena keterbatasan dana.
Untuk membangun industri, pemerintah menerapkan prinsip keterbukaan bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia dan ikut serta dalam membangun perekonomian Indonesia. Terlebih lagi setelah Orde Baru berkuasa, keamanan dalam negeri sudah stabil dipandang cocok bagi investor asing sebagai tempat berinvestasi.

PENUTUP

a.       Kesimpulan
Perang Dingin adalah sebutan bagi suatu periode terjadinya ketegangan politik dan militer antara Dunia Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya, dengan Dunia Komunis, yang dipimpin oleh Uni Soviet beserta sekutu negara-negara satelitnya. Peristiwa ini dimulai setelah keberhasilan Sekutu dalam mengalahkan Jerman Nazi di Perang Dunia II, yang kemudian menyisakan Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai dua negara adidaya di dunia dengan perbedaan ideologi, ekonomi, dan militer yang besar. Peristiwa ini dinamakan Perang Dingin karena kedua belah pihak tidak pernah terlibat dalam aksi militer secara langsung, namun masing-masing pihak memiliki senjata nuklir yang dapat menyebabkan kehancuran besar.
Perluasan perang dingin keluar eropa yakni lahirnya pemerintah komunis di Cina, perang Korea, revolusi Kuba dan perang Vietnam, sedangkan pengaruh perang dingin terhadap Indonesia adalah adanya arah kebijakan luar negeri Indonesia di masa perang dingin, peran lembaga keuangan internasional dalam kebijakan ekonomi Indonesia di masa orde baru dan dimulainya perkembangan modal asing.

b.      Saran
Dengan selesainya makalah ini saya sadar bahwasanya makalah  ini masih jauh dari kesempurnaan, karena masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi materi pembahasan maupun ejaan kata, maka dari itu saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar di kemudian hari saya dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Harapan  kami semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan anda mengenai Perluasan Perang Dingin Keluar Eropa.

DAFTAR PUSTAKA

Setya, W. 2008. Perang Dingin. Semarang: Begawan Ilmu.
Bantaro, Bantarno. 1994. Perlombaan senjata Nuklir Perang Dingin. Semarang: Rosada Karya.
Adususilo, Tufik. 2009. Mengenal Benua Eropa. Yogyakarta: Ar-ruzz media.
Soenardi, B.A. dkk. 1978. Sejarah Nasional dan Dunia. Jakarta: Tri Rantna.

Bardika, I Wayan. 2006. Sejarah Untuk Sma Kelas Xii. Penerbit Erlangga: Yogyakarta.

No comments :

Post a Comment